Monday, May 28, 2012

Eksotisme Pura Ulun Danu Beratan, Bali



Setelah puas bersantai di danau beratan, Catatan perjalan alamku melanjutkan ke Pura Ulun Danu Beratan yang merupakan salah satu tempat wisata andalan di bali karena pura tersebut berada di tepi danau dan juga didukung oleh bukit-bukit berwarna hijau dan air dingin Danau Beratan dengan hal demikian Pura Ulun Danu Beratan mempesona pengunjung dan menarik orang dari seluruh penjuru dunia. Pura Ulun Danu Beratan berlokasi di desa Candi Kuning, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, berjarak sekitar 80 km sebelah utara dari Denpasar menuju arah Singaraja atau dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua jam. 

Pura ini berada di tepi danau Beratan dengan ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut. Pura ini berada di kawasan wisata Bedugul yang sejuk dan dingin karena terletak di pegunungan Beratan dengan puncak-puncaknya yaitu pucak Mangu, pucak Pengalengan, pucak Sangkur. Di bagian selatan terdapat gunung Terate Bang, dan sebelah selatan terdapat gunung Tapak serta gunung Batukaru.Pura Ulun Danu Beratan juga merupakan salah satu ikon yang paling menonjol dari Bali, serta merupakan tempat yang tenang dan penuh inspirasi untuk dikunjungi.

Udaranya sejuk dan dingin disini. Pura ini terbuka untuk kunjungan wisatawan antara pukul 08.00 sampai 18.00 WIT. Namun, apabila area pura sedang berkabut, lokasi pura akan ditutup lebih cepat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Pengunjung Pura Ulun Danu Bratan harus membayar tiket sebesar Rp. 7.500,- untuk turis domestik dan Rp10.000,-  untuk turis asing. Setelah  membeli karcis untuk memasuki lingkungan pura, dalam sepanjang perjalanan menuju pura tersebut, dipertontonkan pada sebuah taman yang sangat indah dan asri lengkap dengan bunga-bungaan didalamnya.Kemudian setelah melewati jalan setapak pun akan tiba di depan gapura besar Pura Ulun Danu Beratan.



S
ebelum masuk,  melihat ke arah kiri akan menemukan bangunan stupa (candi Buddha) yang hingga sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah. Tidak jauh dari areal pura, juga terdapat bangunan masjid sebagai tempat ibadah untuk umat muslim. Keberadaan stupa dan masjid ini mengingatkan kita betapa toleransi beragama sudah dipraktekkan sejak lama oleh masyarakat Bali.


Tak jauh dari tepi danau terlihat Pura Ulun Danu Beratan. Dari jauh, pura itu tampak mengapung di atas air.Saat ku dekati, baru kelihatan kalau jarak dari tepi danau ke pura itu tidak jauh. Airnya juga tidak dalam.Kalau sedang surut, orang yang mau bersembahyang di pura bisa berjalan kaki ke sana.Namun, kalau sedang pasang, mereka harus menggunakan perahu.Jalan-jalan di kompleks  Pura Ulun Danu Beratan, beda rasanya dengan wisata ke pantai-pantai di Bali.Pantai-pantai biasanya ramai dan panas. 


Beberapa hal yang ku suka ketika berwisata ke Pura Ulun Danu adalah menyaksikan pohon cemara yang berwarna hijau dan tinggi plus rimbunnya pohon bambu. Jika air danau sedang surut kita bisa bermain sampai ke danau dan Pura akan terlihat sangat berbeda jika diphoto dalam keadaan tersebut. 

Bagi sobat yang ingin berkeliling danau juga bisa menyewa boat yang banyak disewakan disekitar danau. Nikmati petualangan seru diatas boat bersama teman dan keluarga tentu menyenangkan. Tahun lalu untuk berkeliling danau selama sekitar 20 menit kita wajib bayar Rp 25.000,- per orang. Atau, jika ingin mencoba tantangan berbagai permainan air, disana terdapat permainan parasailing, banaboat, serta jetski yang dapat sobat coba. Untuk sekedar menghabiskan waktu dan sobat yang hobi memancing, sobat bisa memancing di tepi danau, tepatnya di bawah rimbunnya rumpun bambu di tepi Danau Beratan.Kalau di sini rasanya tenang dan adem! bisa duduk-duduk sambil mengirim status di FB atau Twitter, membuka email, atau  membaca buku di taman yang bersih dan terawat di sekeliling danau.Mau lebih asyik lagi, bisa naik perahu mengelilingi danau.Sewaktu kami melali ke lokasi ini kebetulan juga ada upacara sembahyang umat hindu Bali.



Sebagai sebuah tempat wisata religi dan wisata sejarah, Pura Ulun Danu Bratan telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang, seperti lahan parkir, taman bermain yang menyedian berbagai sarana bermain seperti untuk anak, serta toilet. Di dekat taman bermain terdapat restoran yang menyajikan aneka masakan. Restoran ini biasanya dipenuhi oleh pengunjung saat jam makan siang.


Sejarah Pura Ulun Danu Beratan

Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.

No comments: