Setelah puas bersantai di danau beratan, Catatan perjalan alamku melanjutkan ke Pura Ulun Danu Beratan yang merupakan salah satu tempat wisata andalan di bali karena pura tersebut berada di tepi danau dan juga didukung oleh bukit-bukit berwarna hijau dan air dingin Danau Beratan dengan hal demikian Pura Ulun Danu Beratan mempesona pengunjung dan menarik orang dari seluruh penjuru dunia. Pura
Ulun Danu Beratan berlokasi di desa Candi Kuning, kecamatan Baturiti,
kabupaten Tabanan, berjarak sekitar 80 km sebelah utara dari Denpasar
menuju arah Singaraja atau dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua jam.
Pura ini berada di tepi danau Beratan dengan ketinggian sekitar 1.300
meter di atas permukaan laut. Pura ini berada di kawasan wisata Bedugul
yang sejuk dan dingin karena terletak di pegunungan Beratan dengan
puncak-puncaknya yaitu pucak Mangu, pucak Pengalengan, pucak Sangkur. Di
bagian selatan terdapat gunung Terate Bang, dan sebelah selatan
terdapat gunung Tapak serta gunung Batukaru.Pura
Ulun Danu Beratan juga merupakan salah satu ikon yang paling menonjol
dari Bali, serta merupakan tempat yang tenang dan penuh inspirasi untuk
dikunjungi.
Udaranya sejuk dan dingin disini. Pura
ini terbuka untuk kunjungan wisatawan antara pukul 08.00 sampai 18.00
WIT. Namun, apabila area pura sedang berkabut, lokasi pura akan ditutup
lebih cepat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Pengunjung
Pura Ulun Danu Bratan harus membayar tiket sebesar Rp. 7.500,- untuk
turis domestik dan Rp10.000,- untuk turis asing. Setelah membeli
karcis untuk memasuki lingkungan pura, dalam sepanjang perjalanan
menuju pura tersebut, dipertontonkan pada sebuah taman yang sangat indah
dan asri lengkap dengan bunga-bungaan didalamnya.Kemudian setelah
melewati jalan setapak pun akan tiba di depan gapura besar Pura Ulun
Danu Beratan.
Sebelum masuk, melihat ke arah kiri akan menemukan bangunan stupa (candi Buddha) yang hingga sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah. Tidak jauh dari areal pura, juga terdapat bangunan masjid sebagai tempat ibadah untuk umat muslim. Keberadaan stupa dan masjid ini mengingatkan kita betapa toleransi beragama sudah dipraktekkan sejak lama oleh masyarakat Bali.
Tak
jauh dari tepi danau terlihat Pura Ulun Danu Beratan. Dari jauh, pura
itu tampak mengapung di atas air.Saat ku dekati, baru kelihatan kalau
jarak dari tepi danau ke pura itu tidak jauh. Airnya juga tidak
dalam.Kalau sedang surut, orang yang mau bersembahyang di pura bisa
berjalan kaki ke sana.Namun, kalau sedang pasang, mereka harus
menggunakan perahu.Jalan-jalan di kompleks Pura Ulun Danu Beratan, beda
rasanya dengan wisata ke pantai-pantai di Bali.Pantai-pantai biasanya
ramai dan panas.
Beberapa hal yang ku suka ketika berwisata ke Pura Ulun Danu adalah menyaksikan pohon cemara yang berwarna hijau dan tinggi plus rimbunnya pohon bambu. Jika air danau sedang surut kita bisa bermain sampai ke danau dan Pura akan terlihat sangat berbeda jika diphoto dalam keadaan tersebut.
Bagi
sobat yang ingin berkeliling danau juga bisa menyewa boat yang banyak
disewakan disekitar danau. Nikmati petualangan seru diatas boat bersama
teman dan keluarga tentu menyenangkan. Tahun lalu untuk berkeliling
danau selama sekitar 20 menit kita wajib bayar Rp 25.000,- per orang.
Atau, jika ingin mencoba tantangan berbagai permainan air, disana
terdapat permainan parasailing, banaboat, serta jetski yang dapat sobat
coba. Untuk sekedar menghabiskan waktu dan sobat yang hobi memancing,
sobat bisa memancing di tepi danau, tepatnya di bawah rimbunnya rumpun
bambu di tepi Danau Beratan.Kalau
di sini rasanya tenang dan adem! bisa duduk-duduk sambil mengirim
status di FB atau Twitter, membuka email, atau membaca buku di taman
yang bersih dan terawat di sekeliling danau.Mau lebih asyik lagi, bisa
naik perahu mengelilingi danau.Sewaktu kami melali ke lokasi ini
kebetulan juga ada upacara sembahyang umat hindu Bali.
Sebagai
sebuah tempat wisata religi dan wisata sejarah, Pura Ulun Danu Bratan
telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang, seperti lahan
parkir, taman bermain yang menyedian berbagai sarana bermain seperti
untuk anak, serta toilet. Di dekat taman bermain terdapat restoran yang
menyajikan aneka masakan. Restoran ini biasanya dipenuhi oleh pengunjung
saat jam makan siang.
Sejarah Pura Ulun Danu Beratan
Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, tesebutlah seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan disana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu.