Coretan Perjalanan Alamku kali ini adalah Obyek Wisata Sangeh, hutan wisata monyet di Bali. Objek wisata sangeh ini terletak di desa Blakiuh, kecamatan Abiansemal daerah Tingkat II Badung. Dari pusat kota Denpasar berjarak 21 km pada jurusan Denpasar-Plaha, yang dapat di tempuh kurang lebih sekitar 25 menit.
Di sekitar objek ini fasilitas yang tersedia cukup seperti tempat parkir, kios sovenir, kios makanan, jalan setapak dan lain-lain. Transportasi ke objek wisata ini lumayan lancar karena kendaraan umum jurusan Denpasar-Blakiuh sudah merupakan jaringan transportasi umum.
Objek wisata ini ramai dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara terutama pada hari-hari libur utamanya seppanjang pagi hingga sore hari.
Di sekitar objek ini fasilitas yang tersedia cukup seperti tempat parkir, kios sovenir, kios makanan, jalan setapak dan lain-lain. Transportasi ke objek wisata ini lumayan lancar karena kendaraan umum jurusan Denpasar-Blakiuh sudah merupakan jaringan transportasi umum.
Objek wisata ini ramai dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara terutama pada hari-hari libur utamanya seppanjang pagi hingga sore hari.
Taman Wisata Alam Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan kera. Kera kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali mengganggu para pengunjung. Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena seringkali mengambil barang-brang pengunung yang akan dikembalikan bila kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh tidak lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut telah diurus dengan baik.
Kera Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki satu pemimpin. Namun, kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di. Ditempat rajakera ini tinggal terdapat sebuah Pura Yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bulit Sari.
Entah bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah makanan. Bisanya raja kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum memberikan jatah tersebut pada kera-kera lain.
Kera Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki satu pemimpin. Namun, kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di. Ditempat rajakera ini tinggal terdapat sebuah Pura Yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bulit Sari.
Entah bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah makanan. Bisanya raja kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum memberikan jatah tersebut pada kera-kera lain.
Daya tarik dari objek wisata ini adalah ada sebatang pohon unik karena berjenis kelamin. Satu pohon berjenis kelamin dua-masyarakat setempat biasa menyebutnya pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pura yang terletak di tengah pohon pala yang disebut dengan Pura Bukit Sari, karena selain tumbuhnya lurus, pohon pala juga memiliki kayu yang sangat bagus.
Namun anehnya, menurut beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain. Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian. Hutan pohon pala merupakan areal suci pura yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Adat Sangeh.
Nama Sangeh diyakini masyarakat sekitar terkait erat dengan Hutan Pala, yang berasal dari dua kata “Sang” yang berarti orang dan “Ngeh” yang berarti melihat, atau orang yang melihat.
Konon kayu-kayu Pala dalam perjalanan dari Gunung Agung di Bali Timur menuju perjalanan ke Bali Barat, tapi karena ada orang yang melihat, pohon-pohon tersebut berhenti di tempat yang sekarang dikenal sebagai Sangeh.
Namun anehnya, menurut beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain. Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian. Hutan pohon pala merupakan areal suci pura yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Adat Sangeh.
Nama Sangeh diyakini masyarakat sekitar terkait erat dengan Hutan Pala, yang berasal dari dua kata “Sang” yang berarti orang dan “Ngeh” yang berarti melihat, atau orang yang melihat.
Konon kayu-kayu Pala dalam perjalanan dari Gunung Agung di Bali Timur menuju perjalanan ke Bali Barat, tapi karena ada orang yang melihat, pohon-pohon tersebut berhenti di tempat yang sekarang dikenal sebagai Sangeh.
Oh ya sobat, sobat bisa berfoto dengan kera-kera tersebut hehehehehe madakne rupo hehehe, ketegangan ketika berdekatan bahkan bersentuhan langsung dengan kera-kera penghuni hutan Sangeh, pengalaman yang pasti tidak akan sobat lupakan. Mereka, kera-kera Sangeh selalu menanti kedatangan dan kunjungan sobat.
Bawalah makanan, seperti kacang, pisang, atau apa saja yang bisa mereka makan. sobat bisa membelinya di warung-warung dekat parkiran sebelum memasuki area hutan dan bertemu merek. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya merupakan pohon pule.
Sementara di Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan yang digunakan untuk keperluan khusus, misalnya membuat topeng yang dipakai sebagai sungsungan dan barong.
Bawalah makanan, seperti kacang, pisang, atau apa saja yang bisa mereka makan. sobat bisa membelinya di warung-warung dekat parkiran sebelum memasuki area hutan dan bertemu merek. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya merupakan pohon pule.
Sementara di Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan yang digunakan untuk keperluan khusus, misalnya membuat topeng yang dipakai sebagai sungsungan dan barong.